MAKALAH
MODEL - MODEL EVALUASI
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Bambang T.K Garang, M.Pd
Paulina Maria Ekasari Wahyuningrum, S.Pd., M.Pd
Oleh :
KELOMPOK II
ADEWIRANATA AFD 115 063
ADITIA PRATAMA AFD 115 023
ANDRI JUNIRIO AFD 115 007
DICKY FAJAR SAPUTRA AFD 115 001
HISKIA AFD 115 071
STEVANUS AFD 115 044
UNIVERSITAS
PALANGKA RAYA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ILMU
PENDIDIKAN
TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
2017
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah kami yang berjudul
"Model-Model Evaluasi" untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Program.
Kami berharap makalah ini dapat
membantu para pembaca ataupun para mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan dan
wawasan terkhususnya tentang Model-Model Evaluasi, yang kami sajikan dari
berbagai referensi dan sumber.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
dari para pembaca yang budiman sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah
ini kedepannya. Terima kasih.
Palangkaraya,
25 Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG........................................................................... 1
B.
RUMUSAN MASALAH....................................................................... 2
C.
TUJUAN................................................................................................. 2
D. MANFAAT............................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A. PENGERTIAN MODEL EVALUASI................................................. 3
B.
JENIS-JENIS
MODEL-MODEL EVALUASI..................................... 3
1.
Model Evaluasi
CIPP......................................................................... 3
a.
Kelebihan model
evaluasi CIPP.................................................. 5
b.
Kelemahan model
evaluasi CIPP................................................ 5
2.
Model Evaluas
UCLA....................................................................... 6
a.
Kelebihan model
evaluasi UCLA............................................... 6
b.
Kelemahan model
evaluasi UCLA.............................................. 6
3.
Model
Brinkerhoff............................................................................. 7
a.
Kelebihan model
evaluasi Brinkerhoff........................................ 7
b.
Kelemahan model
evaluasi Brinkerhoff...................................... 7
4.
Model Stake atau
Model Countenance.............................................. 8
a.
Kelebihan model
stake atau model countenance........................ 11
b.
Kelemahan model
stake atau model countenance....................... 12
C.
PERBEDAAN DARI
MASING-MASING MODEL.......................... 13
BAB
III PENUTUP....................................................................................... 14
A. KESIMPULAN...................................................................................... 14
B.
SARAN.................................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Evaluasi
program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang merealisasi atau mengimplementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam
suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan.
Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang
telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar
untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan
keputusan berikutnya. Evaluasi sama
artinya dengan kegiatan supervisi. Kegiatan evaluasi/supervisi dimaksudkan
untuk mengambil keputusan atau melakukan tindak lanjut dari program yang telah
dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi program dapat berupa penghentian program,
merevisi program, melanjutkan program, dan menyebarluaskan program
Dalam
evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengetahui seberapa tinggi mutu
atau kondisi sesuatu hal sebagai hasil pelaksanaan program setelah data
terkumpul dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu. Dalam evaluasi
program, pelaksana (evaluator) ingin mengatahui tingkat ketercapaian program,
dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui letak
kekurangan dan sebabnya. Hasilnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau
keputusan yang akan diambil. Dalam kegiatan evaluasi program, indikator
merupakan petunjuk untuk mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan.
Evaluator
program harus orang-orang yang memiliki kompetensi, di antaranya mampu
melaksanakan, cermat, objektif, sabar dan tekun, serta hati-hati dan
bertanggung jawab. Evaluator dapat berasal dari kalangan internal (evaluator
dan pelaksana program) dan kalangan eksternal (orang di luar pelaksana program
tetapi orang yang terkait dengan kebijakan dan implementasi program). Model
evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi.
Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan
dibuat. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang,
lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah
dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apakah
pengertian dari Model Evaluasi?
2. Apa
sajakah jenis-jenis dari Model evaluasi, serta kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing model tersebut?
3. Apakah
perbedaan dari masing-masing Model Tersebut?
C.
TUJUAN
1. Untuk
Mengetahui pengertian dari Model Evaluasi.
2. Untuk
mengetahui jenis-jenis Model Evaluasi, serta kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing model.
3. Untuk
mengetahui Perbedaan dari masing-masing model.
D.
MANFAAT
Manfaat
dari pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan bacaan untuk menambah
pengetahan dan wawasan, serta dapat dijadikan sebagai sumber referensi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
MODEL EVALUASI
Model
evaluasi adalah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau
pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap
pembuatannya. Model-model ini dianggap model standar atau dapat dikatakan merek
standar dari pembuatannya.
Di
samping itu, ada ahli evaluasi yang membagi evaluasi sesuai dengan misi yang
akan dibawakannya serta kepentingan atau penekanannya atau dapat juga disebut
dengan paham yang dianutnya yang disebut pendekatan, atau approach.
Evaluasi
juga dibedakan berdasarkan waktu pelaksanaannya, kapan evaluasi dilakukan,
untuk apa evaluasi dilakukan, dan acuan serta paham yang dianut oleh evaluator,
dalam buku teks ini disebut konsep evaluasi.
B.
MODEL
– MODEL EVALUASI
Ada
banyak model evaluasi, tetapi dalam makalah ini hanya akan dibahas beberapa
model yang terpopuler dan banyak dipakai sebagai strategi atau pedoman kerja
pelaksanaan evaluasi program. Berikut beberapa model – model evaluasi :
1.
Model
Evaluasi CIPP
Model
CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan
bahwa keberhasilan progran pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
: karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang
digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri.
Evaluasi
model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai dimensi
program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi
dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi. Model ini
kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program pendidikan atas empat
dimensi, yaitu : Context, Input, Process dan Product. Menurut model ini keempat
dimensi program tersebut perlu dievaluasi sebelum, selama dan sesudah program
pendidikan dikembangkan.
Model
evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh Stufflebeam & Shinkfield (1985) adalah
sebuah pendekatan evaluasi yang berorientasi pada pengambil keputusan (a
decision oriented evaluation approach structured) untuk memberikan bantuan
kepada administrator atau leader pengambil keputusan. Stufflebeam mengemukakan
bahwa hasil evaluasi akan memberikan alternatif pemecahan masalah bagi para
pengambil keputusan.
Model
evaluasi CIPP ini terdiri dari 4 huruf yang diuraikan sebagai berikut:
a. Contect evaluation to serve
planning decision. Seorang evaluator harus cermat dan
tajam memahami konteks evaluasi yang berkaitan dengan merencanakan keputusan,
mengidentifikasi kebutuhan, dan merumuskan tujuan program.
b. Input Evaluation structuring
decision. Segala sesuatu yang berpengaruh terhadap proses
pelaksanaan evaluasi harus disiapkan dengan benar. Input evaluasi ini akan
memberikan bantuan agar dapat menata keputusan, menentukan sumber-sumber yang
dibutuhkan, mencari berbagai alternatif
yang akan dilakukan, menentukan
rencana yang matang, membuat strategi yang akan dilakukan dan memperhatikan
prosedur kerja dalam mencapainya.
c. Process evaluation to serve
implementing decision. Pada evaluasi proses ini berkaitan
dengan implementasi suatu program. Ada sejumlah pertanyaan yang harus dijawab
dalam proses pelaksanaan evaluasi ini. Misalnya, apakah rencana yang telah
dibuat sesuai dengan pelaksanaan di lapangan? Dalam proses pelaksanaan program
adakah yang harus diperbaiki? Dengan demikian proses pelaksanaan program dapat
dimonitor, diawasi, atau bahkan diperbaiki.
d.
Product
evaluation to serve recycling decision. Evaluasi hasil
digunakan untuk menentukan keputusan apa yang akan dikerjakan berikutnya. Apa
manfaat yang dirasakan oleh masyarakat berkaitan dengan program yang
digulirkan? Apakah memiliki pengaruh dan dampak dengan adanya program tersebut?
Evaluasi hasil berkaitan dengan manfaat dan dampak suatu program setelah
dilakukan evaluasi secara seksama. Manfaat model ini untuk pengambilan
keputusan (decision making) dan bukti pertanggung jawaban (accountability)
suatu program kepada masyarakat. Tahapan evaluasi dalam model ini yakni
penggambaran (delineating), perolehan atau temuan (obtaining), dan penyediakan
(providing) bagi para pembuat keputusan.
Berikut kelebihan dan kekurangan model evaluasi CIPP
:
a.
Keunggulan model
CIPP
·
Cipp memiliki
pendekatan yang holistik dalam evaluasi, bertujuan memberikan gambaran
yangsangat detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteksnya hingga
saat prosesimplementasi.
·
Cipp memiliki
potensi untuk bergerak di wilayah evaluasiformative dan summative. Sehinggasama
baiknya dalam membantu melakukan perbaikan selama program berjalan,
maupunmemberikan informasi final.
b.
Kelemahan model
cipp
·
Terlalu
mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataan di lapangan.
·
Kesannya terlalu
top down dengan sifat manajerial dalam pendekatannya
·
Cenderung fokus
pada rational management ketimbang mengakui kompleksitas realitas empiris.
2.
Evaluasi
Model UCLA
Menurut
Alkin (1969) evaluasi adalah suatu proses meyakinkan keputusan, memilih
informasi yang tepat, mengumpulkan, dan menganalisa informasi sehingga dapat
melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih
beberapa alternatif.
Ia
mengemukakan lima macam evaluasi yakni :
a. Sistem assessment,
yaitu memberikan informasi tentang keadaan atau posisi sistem.
b. Program planning,
membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi
kebutuhan progam.
c. Program implementation,
yang menyiapkan informasi apakah rogram sudah diperkenalkan kepada kelompok
tertentu ng tepat seperti yang direncanakan?
d. Program improvement,
yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana
program bekerja, atau berjalan? Apakah menuju pencapaian tujuan, adakah hal-hal
atau masalah-masalah baru yang muncul takterduga?
e. Program certification,
yang memberi informasi tentang nilai atau guna program.
Berikut kelebihan dan kekurangan
model evaluasi UCLA :
a. Kelemahan
model UCLA
·
Merupakan pendekatan proses dimana dalam
mengembangkan kriteria evaluasi atas dasar tradisi naturalistic inquiry à kualitatif.
·
Menekankan evaluasi yang komprehensif
dengan langkah-langkah evaluasi yang sistematis.
·
Menyediakan feedbak dalam pengembangan
program.
b. Kelemahan
model UCLA
·
Guru sebagai tolok ukur, keberhasilan
diukur menurut guru bukan menurut kurikulumnya.
·
Merupakan pendekatan yang paling riil di
lapangan tapi paling labil.
·
Tugas evaluator lebih berat, harus
sensitif & banyak berdialog
·
Evaluator menjadi instrumen hidup
sebelum kriteria dan alat evaluasi dikembangkan.
·
Tidak bisa secara tegas menunjukkan
apakah program sukses atau efektif.
3.
Evaluasi
Model Brinkerhoff
Brinkerhoff
& Cs. (1983) mengemukakan tiga golongan evaluasi yang disusun berdasarkan
penggabungan elemen-elemen yang sama, seperti evaluator-evaluator lain, namun
dalam komposisi dan versi mereka sendiri sebagai berikut :
a. Fixed vs Emergent Evaluation Design.
Dapatkah masalah evaluasi dan kriteria akhirnya dipertemukan? Apabila demikian,
apakah itu suatu keharusan? Belum lengkap penjelasannya
b. Formative vs Summative Evaluation.
Apakah evaluasi akan dipakai untuk perbaikan atau untuk melaporkan kegunaan
atau manfaat suatu program? Atau keduanya?
c. Experimental and Quasi Experimental
Design vs Natural/ Unobtrusive Inquiry. Apakah evaluasi akan
melibatkan intervensi ke dalam kegiatan program/mencoba memanipulasi kondisi,
orang diperlakukan, variabe1 dipengaruhi dan sebagainya, atau hanya diamati,
atau keduanya?
Berikut kelebihan dan kekurangan
model evaluasi Brinkerhoff :
a. Kelebihan
model evaluasi Brinkerhoff
·
Evaluasi formatif digunakan untuk
memperbaiki program selama program tersebut sedang berjalan. Caranya dengan
menyediakan balikan tentang seberapa bagus program tersebut telah berlangsung.
Melalui evaluasi formatif ini dapat dideteksi adanya ketidakefisienan sehingga
segera dilakukan revisi.
·
Evaluasi sumatif bertujuan meng-ukur
efektifitas keseluruhan program yang bertujuan untuk membuat keputu-san tentang
keberlangsungan program tersebut, yaitu dihentikan atau dilanjutkan.
b. Kelemahan
model evaluasi Brinkerhoff
·
Tidak terdapat langkah-langkah
sistematis yang harus dilakukan dalam evaluasi, hanya menekankan pada obyek
sasaran saja.
4.
Model
Stake atau Model Countenance
Menurut Stake (1967), analisis proses evaluasi yang
dikemukakannya membawa dampak yang cukup besar dalam bidang ini dan meletakan
dasar yang sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk untuk
perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Stake menekankan ada dua
dasar kegiatan dalam evaluasi ialah Desciptions dan Judgement dan membedakannya
ada tiga tahap program pendidikan, yaitu: Anteredents (context), Transaction
(process) dan Outcomes (Output).
Oleh karena itu,
Hasan (2008; 201) mengatakan bahwa model Countenance stake bersifat arbitraty
dan tidak perlu dianggap sebagai suatu yang mutlak. Stake’s mempunyai keyakinan
bahwa suatu evaluasi haruslah memberikan deskripsi dan pertimbangan sepenuhnya mengenai
evaluan. Dalam model ini stake sangat menekankan peran evaluator dalam
mengembangkan tujuan kurikulum menjadi tujuan khusus yang terukur, sebagaimana
berlaku dalam tradisi pengukuran behavioristik dan kuantitatif.
Model Countenance Stake terdiri atas dua
matriks. Matriks pertama dinamakan matriks deskripsi dan yang kedua dinamakan
matriks judgement, yaitu :
a.
Matriks Deskripsi
Kategori pertama
adalah sesuatu yang direncanakan pengembang kurikulum atau program. Dalam
konteks KTSP, kurikulum tersebut adalah kurikulum yang dikembangkan atau
digunakan oleh satu satuan pendidikan. Sedangkan program adalah silabus dan
Rencana Program Pengajaran (RPP) yang dikembangkan guru. Guru sebagai
pengembang program merencanakan keadaan/persyaratan yang diinginkannya untuk
suatu kegiatan kelas tertentu. Misalnya yang berhubungan dengan minat,
kemampuan, pengalaman,dan lain sebagainya dari peserta didik.
Kategori kedua
dinamakan observasi, berhubungan dengan apa yang sesungguhnya sebagai
implementasi yang diinginkan pada kategori yang pertama. Kategori ini juga
sebagaimana yang pertama terdiri atas antecendents, transaksi, dan hasil.
Evaluator harus melakukan observasi (pengumpulan data) mengenai antecendents,
transaksi, dan hasil yang ada di suatu satuan pendidikan.
b.
Matriks Pertimbangan (judgement)
Terdiri atas
kategori standard dan pertimbangan, dan fokus antecendents, transaksi, dan
outcomes (hasil yang diperoleh). Standar adalah kriteria yang harus dipenuhi
oleh suatu kurikulum atau program yang dijadikan evaluan. Standar dapat
dikembangkan dari karakteristik yang dimiliki kurikulum, tetapi dapat juga dari
yang lain (pre-ordinate, mutually adaptive, proses). Kategori kedua adalah
kategori pertimbangan. Kategori ini menghendaki evaluator melakukan
pertimbangan dari apa yang telah dilakukan dari kategori yang pertama dan kedua
matriks Deskripsi sampai kategori pertama matriks Pertimbangan. Suatu evaluasi
harus sampai kepada pemberian pertimbangan. Matriks judgement baru dapat
dikerjakan oleh evaluator setelah matriks deskripsi diselesaikan.
Stake mengatakan bahwa apabila kita menilai suatu
program pendidikan kita, melakukan perbandingan yang relative antara satu
program dengan yang lain, atau perbandingan yang absolute (satu program dengan
standard).
Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam
model ini adalah bahwa evaluator yang membuat penilaian tentang program yang
dievaluasi. Stake mengatakan bahwa description disatu pihak berbeda dengan
judgement (pertimbangan). Dalam model ini, Antecedents (masukan), transactione (proses), dan outcome (hasil) data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan
apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan sebenarnya, tetapi juga dibandingkan
dengan standard yang absolute, untuk menilai manfaat program. Stake mengatakan
bahwa tak ada penelitian dapat diandalkan apabila tidak dinilai.
Matriks
Desktripsi terdiri atas kategori rencana (intent) dan observasi. Matriks Judgement terdiri atas
kategori standard dan judgement. Pada setiap kategori terdapat
tiga fokus yaitu:
a.
Antecedents (masukan) yaitu sebuah kondisi yang ada
sebelum instruksi yang mungkin berhubungan dengan hasil, contohnya: latar
belakang guru, Kurikulum yang sesuai, Ketersediaan sumber daya.
b.
Transaction (proses) yaitu pertemuan
dinamis yang merupakan proses instruksi (kegiatan, proses, dll), contohnya:
interaksi guru dan siswa, Komponen partisipasiOutcomes (hasil) yaitu efek dari
pengalaman pembelajaran (pengamatan dan hasil tenaga kerja), contohnya
performance guru, Peningkatan kinerja.
c.
Outcomes (hasil) yaitu efek dari pengalaman
pembelajaran (pengamatan dan hasil tenaga kerja), contohnya performance guru,
Peningkatan kinerja.
Menurut Howard, E (2008), kelebihan dan kelemahan
evaluasi model Countenance Stake’s adalah:
a.
Kelebihannya
adalah:
·
Dalam
penilaiannya melihat kebutuhan program yang dilayani oleh evaluator.
·
Upaya
untuk mendeskripsikan kompleksitas program sebagai realita yang mungkin
terjadi.
·
Memiliki
potensi besar untuk memperoleh wawaasan baru dan teori-teori tentang lapangan
dan program yang akan di evaluasi.
b.
Kelemahannya
adalah:
·
Pendekatan
yang dilakukan terlalu subjektif.
·
Terjadinya
kemungkinan dalam meminimalkan pentingnya instrument pengumpulan data dan evaluasi
kuantitatif.
·
Kemungkinan
biaya yang terlalu besar dan padat karya.
Selain hal tersebut menurut Kemble (2010),
mengatakan bahwa kelebihan evaluasi model Countenance Stake antara lain adalah:
·
Dalam
evaluasi memasukkan data tentang latar belakang program, proses dan hasil yang
merupakan perluasan ruang lingkup evaluasi pada tahun 1970-an.
·
Evaluator
memegang kendali dalam evaluasi dan juga memutuskan cara yang paling tepat
untuk hadir dan menggambarkan hasil.
·
Fokus
pada kekhawatiran stakeholder dan isu-isu meningkatkan komunikasi antara
evaluator dan stakeholder.
Sedangkan Menurut Robinson (2006) kelebihan
model Countenance Stake yaitu bahwa model tersebut memiliki kehatian-hatian
dalam memberikan judgment mengenai nilai aspek yang bervariasi. Model ini juga
dapat memfasilitasi sebuah pemahaman yang mendalam mengenai semua aspek program
pembelajaran, Yang tidak hanya memungkinkan evaluator untuk menentukan out come
pembelajaran, tetapi juga menunjukkan alasan dan konsekuensi dampaknya. Model
ini memberikan dasar yang kuat untuk memberikan rekomendasi dan judgment yang
menarik atas nilai sebuah pembelajaran.
Depwell, F & Glynis. (2008) kekuatan
model Contenance Stake adalah di akomodasi dan penataan berbagai tingkat data.
Dalam evaluasi yang dilakukan data yang dikumpulkan adalah campuran data
kualitatif dan kuantitatif, formal dan
informal, primer dan sekunder. Dalam model countenance stake semua data diolah
sesuai dengan kategori melayani dalam matriks. Woods (1988) mengatakan bahwa
kekuatan model countenance stake adalah cara dan tindakannya pasti dan dapat
diamati secara bersamaan antara standard dan judgement.
Berikut
kelebihan dan kekurangan model Stake
atau Model Countenance:
a. Kelebihan
model evaluasi Stake atau Model Countenance:
·
Diperluas dari konsep sasaran meliputi
sasaran untuk pendidik (dan agen-agen lain) dan untuk faktor kontekstual dalam
penambahan sasaran tingkah laku untuk para siswa.
·
Menyediakan dasar, meski tidak sempurna,
untuk evaluasi sasaran (melalui perbandingan yang rasional).
·
Yang pertama fokus pada penilaian
sebagai suatu aspek evaluasi; gambaran tindakan penuh termasuk deskripsi dan
penilaian.
·
Menyajikan penurunan standard, keduanya
mutlak dan relatif.
·
Menyediakan dasar empiris untuk
menyelesaikan rekomendasi Tyler.
·
Bahwa hipotesis dikembangkan dan diuji
meliput pengamatan pola atas kelemahan dan kekuatan. Catatan juga atas
informasi yang menghubungkan antecedent dan transaksional faktor dalam evaluasi
formatifis.
b. Kelemahan
model evaluasi Stake atau Model Countenance:
·
Adanya keharusan evaluator untuk
membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi di
program lain, dengan obyek yang sama.
·
Meninggalkan rata-rata untuk menurunkan
standard besar yang tidak spesifik;
·
Disediakan sedikit bimbingan operasional
untuk evaluator.
·
Tidak mencoba memecahkan
pertanyaan-pertanyaan bagaimana cara mengatur nilai bersaing (meski dalam
menentukan tujuan atau menurunkan standar). Yang dilanjutkan asumsi implisit
awal tentang nilai kemasyarakatan. nilai plurralisme diabaikan.
·
Gagal untuk menyediakan bimbingan di
bagaimana cara berhubungan dengan non-intended effect meski menyuruh evaluator
untuk menghitungnya.
·
Dilanjutkan dengan satu penekanan pada
evaluasi formal yang didasari paradigma ilmiah dan pengukuran prosedur
selanjutnya.
·
Disain rumit dan barangkali"
terlalu bagus"; praktisi evaluator menemukan kesulitan untuk memahami dan
menerapkannya.
C.
PERBEDAAN
DARI MASING-MASING MODEL
Evaluasi merupakan komponen yang sangat penting
dalam menjalankan atau melaksanakan suatu program terkhususnya dalam ruang
lingkup pembelajaran.dengan adanya evaluasi kita akan dapat lebih mudah untuk
mengetahui apakah program yang telah dilakukan atau dilaksanakan tersebut sudah
berjalan dengan baik atau sebaliknya.Setiap model-model evaluasi tentunya
memiliki pengertian dan tujuan yang berbeda-beda dalam setiap
penerapannya,perbedaan tersebut dapat kita lihat dari elemen-elemen yang
terdapat didalamnya misalnya :
a. Model
evaluasi CIPP terdiri dari
1.
Contect
evaluation to serve planning decision
2.
Input
evaluation,structuring decision
3.
process
evaluation,to serve implementing decision
4.
product
evaluation, to serve recycling decision
b. Model
evaluasi UCLA terdiri dari
1.
sistem
assessment
2.
program
planning
3.
program
implementation
4.
program
improvement
5.
program
certification
c. Model
evaluasi Brinkerhoff yang terdiri dari
1.
Fixed
vs emergent evaluation design
2.
Formative
vs summative evaluation
3. Experimental and Quasi experimental
design vs natural/unobtrusive inquiry
d. Model
Stake atau model countenance yang terdiri dari
1.
Antecedents(Context)
2.
Transaction(Process)
3.
Outcomes(Output)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Model
evaluasi adalah model desain yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar
evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap
pembuatannya.
Adapun jenis model-model evaluasi terdiri dari empat
model yaitu :
1. Model
Evaluasi CIPP
2. Model
Evaluasi UCLA
3. Model
Evaluasi Brinkerhoff
4.
Model Evaluasi Stake atau Model
Countenance
B. SARAN
Sebagai
seorang evaluator yang profesional hendaknya kita memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas tentang apa yang dimaksud dengan evaluasi dan apa saja jenis
dari model-model evaluasi. Sehingga kita dapat melaksanakan evaluasi dengan
baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Diambil dari http://www.mediafunia.com/2013/01/evaluasi-context-input-process-product.html (belajar mandiri) diakses pada tanggal 24
februari 2017
Diambil dari http://shareit4us.blogspot.co.id/2010/05/kelebihan-dan-kelemahan-model-evaluasi.html
(belajar mandiri) diakses pada tanggal 24 februari 2017
Diambil dari http://www.kompasiana.com/muhaiminmoh/model-evaluasi-cipp-context-input-process-product_552ab300f17e611530d62496 (belajar mandiri) diakses pada tanggal 24
februari 2017
Alkin , M.C. Dailak, K.
& White, P..1979. Using Evaluation :
Does Evaluation Make a Difference? Newbury Park ; LA : Sage.
Braskamp. L.A &
Borwn, R.D. 1980. New Directions for
tion. San Fransisco : Jossey Bass.
Cambell, D.T. & Stanley,
J.C.. 1960 Experimental and
Quasiexperimental Design for Research. Chicago : Riand McNelly.
Lincoln, Y.S. &
Guba, E.G.. 1985. Naturalistic Inquiry.
Newbury Park, CA: Sage.
Stake, R.E. 1975. Evaluating the Arts in Education : A
Responsive Approch. Columbus, Ohio : Charles E. Merril.
Stecher, B.M & W.
Alan Davis. 1987. Center for the study of
on Evaluation. Newbury Park; CA: Sage
Diambil https://yudistiadewisilvia.wordpress.com/2013/04/24/evaluasi-program/ (belajar
mandiri) diakses pada tanggal 24 februari 2017